Thursday, November 1, 2012

Perahu Kertas


Satukan Mimpi Lewat Dongeng
Judul               : Perahu Kertas
Penulis             : Dewi Lestari
Penerbit           : Bentang Pustaka
Tahun              : 2009
Tebal buku      : 444 halaman
            Setelah sukses memikat hati para pembaca dengan tetralogi Supernova-nya, Dewi Lestari atau lebih akrab dipanggil Dee meluncurkan novel keenamnya berjudul Perahu Kertas  yang sempat mati suri sebelas tahun karena dilupakan. Namun akhirnya dapat diselesaikan dalam waktu 55 hari berkat semangat dan ide cemerlang seorang Dewi Lestari. Bahkan Dee tidak meneruskan novel ini dari bab ke 34 sebagaimana yang dia tinggalkan sebelas tahun yang lalu. Melainkan  Dee menulis ulangnya dari nol. Dan Dee pun meresmikan sebuah proyek “bunuh diri”, yakni menulis novel sepanjang 75.000 kata dalam waktu 55 hari kerja.
            Perahu kertas ini berbeda dengan novel-novel karya Dee lainnya yang terkesan berat. Novel ini lebih mudah dibaca karena kata-katanya ringan. Tidak seperti salah satu novelnya Supernova yang memiliki banyak istilah sains di dalamnya. Tetapi, Perahu Kertas juga merupakan novel yang berat jika dibandingkan dengan novel chicklit atau teenlit dikarenakan panjangnya cerita.
            Sekilas novel ini terlihat standar karena bertemakan cinta. Namun banyak unsur lain yang mendukung kuat dalam novel ini yang begitu inspiratif dan edukatif, seperti tentang persahabatan, mimpi, kekeluargaan yang membuat novel ini menjadi istimewa.
            Cerita dimulai dari seorang remaja bernama Keenan yang baru saja lulus SMA dan selama enam tahun tinggal di Amsterdam bersama neneknya. Namun harus kembali ke Indonesia karena perjanjian dengan ayahnya yang mengharuskan Keenan untuk melanjutkan kuliah di Bandung, Fakuktas Ekonomi agar bisa melanjutkan profesi ayahnya. Sementara Keenan sendiri tidak menginginkannya dan memilih untuk menjadi pelukis karena Keenan memang memiliki bakat melukis yang kuat dari ibunya.
            Di sisi lain, diceritakan Kugy adalah gadis mungil yang hobi berkhayal. Dia sangat suka menulis dongeng yang bagi orang lain merupakan hobi yang tak lazim. Belum lagi kegemarannya menulis surat kepada Dewa Neptunus. Surat tersebut dilipat menjadi perahu kertas dan dihanyutkan di sungai atau laut. Kugy menganggap dirinya adalah seorang agen Neptunus. Kugy sangat menggilai dongeng. Tak hanya mengkoleksi buku-buku dongeng dan punya taman bacaan, Kugy juga sangat senang menulis dongeng. Walaupun Kugy yakin menjadi seorang juru dongeng bukanlah profesi yang meyakinkan yang akan diterima dengan mudah oleh khalayak umum. Akan tetapi, Kugy tak ingin lepas begitu saja dari dunia tulis menulis, Kugy lantas meneruskan pendidikannya di Fakultas Sastra.
            Kugy dan Keenan dipertemukan oleh Eko dan Noni. Eko merupakan sepupu Keenan dan Noni merupakan sahabat Kugy dan akhirnya mereka bersahabat karib. Lambat laun Kugy dan Keenan pun saling jatuh cinta namun terhalang oleh Ojos pacar Kugy. Sementara Keenan dijodohkan oleh Wanda, seorang curator muda yang merupakan sepupu Noni. Sehingga membuat hubungan antara Kennan dan Kugy menjadi semakin jauh. Kugy pun berencana untuk menjauh dari semua yang terjadi, dan juga ingin menjauh dari seorang yang bernama Kennan tetapi akhirnya Kugy mengerti bahwa dia sebenarnya sudah mulai menyukai Kennan. Kennan yang harus putus dengan Wandapun dan sudah merasakan kehancuran yang terjadi didalam dirinya dan merasa terusir dari keluarganya sendiri, memilih untuk pergi ke Bali, Ubud bertemu dengan Pak Wayan yang juga hobi melukis, sehingga keinginan Kennan untuk tetap menjadi seorang pelukis semakin ingin diraihnya. Selama Kennan berada dibali, dia selalu teringat dengan Kugy, begitu juga dengan Kugy. Cerita semakin rumit, disaat Kennan yang akhirnya meninggalkan cintanya dan memilih Luhde, keponakan Pak Wayan sedangkan Kugy yang merasakan bahwa pangeran dongengnya tidak akan ada didunia ini, lebih memilih Remi.
            Dalam novel ini terdapat banyak latar yang dipakai yaitu Belanda, Jakarta, Pantai Ranca Buaya, dan Ubud. Namun hal tersebut tidak membuat pembaca bingung dan menjadikan novel ini memiliki banyak penjelasan latar yang tidak diperlukan. Selain itu pada bagian bahasa Balinya menggunakan bahasa yang termasuk kasar karena ejekkan, tetapi tidak mengurangkan nilai novel Perahu Kertas di hati para pembaca           
Kesimpulan yang bisa didapatkan oleh para pembaca novel Perahu Kertas sendiri tak lebih dan tak bukan adalah pujian-pujian yang mampu membangkitkan semangat untuk membaca novel ini sendiri. Novel ini begitu edukatif dikarenakan kita bisa banyak belajar dari novel ini. Mulai dari bagaimana kita harus tetap semangat dalam meraih mimpi-mimpi kita.  Dan ada satu kutipan kata yang begitu mengena dalam novel ini, “Kita harus menjadi sesuatu yang bukan diri kita, untuk akhirnya menjadi sesuatu yang merupakan diri kita sendiri”. Perahu Kertas ini cocok dibaca oleh para remaja yang memang dalam misi mencapai cita dan cinta.

0 comments:

Post a Comment