Satukan
Mimpi Lewat Dongeng
Penulis : Dewi Lestari
Penerbit : Bentang Pustaka
Tahun : 2009
Tebal buku : 444 halaman
Setelah sukses memikat hati para
pembaca dengan tetralogi Supernova-nya, Dewi Lestari atau lebih akrab dipanggil
Dee meluncurkan novel keenamnya berjudul Perahu Kertas yang sempat mati suri sebelas tahun karena
dilupakan. Namun akhirnya dapat diselesaikan dalam waktu 55 hari berkat
semangat dan ide cemerlang seorang Dewi Lestari. Bahkan Dee tidak meneruskan
novel ini dari bab ke 34 sebagaimana yang dia tinggalkan sebelas tahun yang
lalu. Melainkan Dee menulis ulangnya dari nol. Dan Dee pun meresmikan
sebuah proyek “bunuh diri”, yakni menulis novel sepanjang 75.000 kata dalam
waktu 55 hari kerja.
Perahu kertas ini berbeda dengan
novel-novel karya Dee lainnya yang terkesan berat. Novel ini lebih mudah dibaca
karena kata-katanya ringan. Tidak seperti salah satu novelnya Supernova yang
memiliki banyak istilah sains di dalamnya. Tetapi, Perahu Kertas juga merupakan
novel yang berat jika dibandingkan dengan novel chicklit atau teenlit
dikarenakan panjangnya cerita.
Sekilas novel ini terlihat standar
karena bertemakan cinta. Namun banyak unsur lain yang mendukung kuat dalam novel
ini yang begitu inspiratif dan edukatif, seperti tentang persahabatan, mimpi,
kekeluargaan yang membuat novel ini menjadi istimewa.
Cerita dimulai dari seorang remaja
bernama Keenan yang baru saja lulus SMA dan selama enam tahun tinggal di
Amsterdam bersama neneknya. Namun harus kembali ke Indonesia karena perjanjian
dengan ayahnya yang mengharuskan Keenan untuk melanjutkan kuliah di Bandung,
Fakuktas Ekonomi agar bisa melanjutkan profesi ayahnya. Sementara Keenan
sendiri tidak menginginkannya dan memilih untuk menjadi pelukis karena Keenan
memang memiliki bakat melukis yang kuat dari ibunya.
Di sisi lain, diceritakan Kugy
adalah gadis mungil yang hobi berkhayal. Dia sangat suka menulis dongeng
yang bagi orang lain merupakan hobi yang tak lazim. Belum lagi kegemarannya
menulis surat kepada Dewa Neptunus. Surat tersebut dilipat menjadi perahu
kertas dan dihanyutkan di sungai atau laut. Kugy menganggap dirinya adalah
seorang agen Neptunus. Kugy sangat menggilai dongeng. Tak hanya mengkoleksi
buku-buku dongeng dan punya taman bacaan, Kugy juga sangat senang menulis
dongeng. Walaupun Kugy yakin menjadi seorang juru dongeng bukanlah profesi yang
meyakinkan yang akan diterima dengan mudah oleh khalayak umum. Akan tetapi,
Kugy tak ingin lepas begitu saja dari dunia tulis menulis, Kugy lantas
meneruskan pendidikannya di Fakultas Sastra.
Kugy dan Keenan dipertemukan oleh
Eko dan Noni. Eko merupakan sepupu Keenan dan Noni merupakan sahabat Kugy dan
akhirnya mereka bersahabat karib. Lambat laun Kugy dan Keenan pun saling jatuh
cinta namun terhalang oleh Ojos pacar Kugy. Sementara Keenan dijodohkan oleh
Wanda, seorang curator muda yang merupakan sepupu Noni. Sehingga membuat
hubungan antara Kennan dan Kugy menjadi semakin jauh. Kugy pun berencana untuk
menjauh dari semua yang terjadi, dan juga ingin menjauh dari seorang yang
bernama Kennan tetapi akhirnya Kugy mengerti bahwa dia sebenarnya sudah mulai
menyukai Kennan. Kennan yang harus putus dengan Wandapun dan sudah merasakan
kehancuran yang terjadi didalam dirinya dan merasa terusir dari keluarganya
sendiri, memilih untuk pergi ke Bali, Ubud bertemu dengan Pak Wayan yang juga
hobi melukis, sehingga keinginan Kennan untuk tetap menjadi seorang pelukis
semakin ingin diraihnya. Selama Kennan berada dibali, dia selalu teringat
dengan Kugy, begitu juga dengan Kugy. Cerita semakin rumit, disaat Kennan yang
akhirnya meninggalkan cintanya dan memilih Luhde, keponakan Pak Wayan sedangkan
Kugy yang merasakan bahwa pangeran dongengnya tidak akan ada didunia ini, lebih
memilih Remi.
Dalam novel ini terdapat banyak
latar yang dipakai yaitu Belanda, Jakarta, Pantai Ranca Buaya, dan Ubud. Namun
hal tersebut tidak membuat pembaca bingung dan menjadikan novel ini memiliki
banyak penjelasan latar yang tidak diperlukan. Selain itu pada bagian bahasa
Balinya menggunakan bahasa yang termasuk kasar karena ejekkan, tetapi tidak
mengurangkan nilai novel Perahu Kertas di hati para pembaca
Kesimpulan
yang bisa didapatkan oleh para pembaca novel Perahu Kertas sendiri tak lebih
dan tak bukan adalah pujian-pujian yang mampu membangkitkan semangat untuk
membaca novel ini sendiri. Novel ini begitu edukatif dikarenakan kita bisa
banyak belajar dari novel ini. Mulai dari bagaimana kita harus tetap semangat
dalam meraih mimpi-mimpi kita. Dan ada satu kutipan kata yang begitu
mengena dalam novel ini, “Kita harus menjadi sesuatu yang bukan diri kita,
untuk akhirnya menjadi sesuatu yang merupakan diri kita sendiri”. Perahu
Kertas ini cocok dibaca oleh para remaja yang memang dalam misi mencapai cita
dan cinta.
0 comments:
Post a Comment